Sebab sekalipun tidak ada dasar untuk berharap, namun Abraham berharap juga dan percaya, bahwa ia akan menjadi bapa banyak bangsa, menurut yang telah difirmankan: “Demikianlah banyaknya nanti keturunanmu.” Imannya tidak menjadi lemah, walaupun ia mengetahui, bahwa tubuhnya sudah sangat lemah, karena usianya telah kira-kira seratus tahun, dan bahwa rahim Sara telah tertutup. Tetapi terhadap janji Allah ia tidak bimbang karena ketidakpercayaan, malah ia diperkuat dalam imannya dan ia memuliakan Allah, dengan penuh keyakinan, bahwa Allah berkuasa untuk melaksanakan apa yang telah Ia janjikan. Karena itu hal ini diperhitungkan kepadanya sebagai kebenaran. Kata-kata ini, yaitu “hal ini diperhitungkan kepadanya,” tidak ditulis untuk Abraham saja, tetapi ditulis juga untuk kita; sebab kepada kitapun Allah memperhitungkannya, karena kita percaya kepada Dia, yang telah membangkitkan Yesus, Tuhan kita, dari antara orang mati, yaitu Yesus, yang telah diserahkan karena pelanggaran kita dan dibangkitkan karena pembenaran kita. (Roma 4:18-25)

Mengingat ayat di atas, mengingat pula cerita Bu Yayah, di Gunung Tilu (cerita yang sebisa ingatan dan pemahaman saya:D).

“Neng, cucu ibu kan ada satu kira2 2 tahun, main2 sepeda2an. Karena ibu teh ada cucu satu lagi, jadi ibu ngarawat dua2 nana, tapi yang satu ternyata sudah naik sepedanya ke dekat jurang dan cucu ibu teh jatuh. Trus itu neng, saya teh teriak “Ampun Gusti Yesus, tulungan!” Neng, rasanya teh jantung mau copot neng, itu teh tingginya kira2 2,5m ke bawah. Ibu lari ke bawah, ternyata cucu ibu teh ga kenapa-napa neng, tetap duduk di sepedanya. Aduh itu teh neng, benar2 ajaib neng”

“Trus neng, cucu ibu yang lain teh lagi main2 di dekat motor. Ternyata motornya teh jatuh, trus cucu ibu ketimpa stang motor. Pas di dadanya neng. Itu juga neng, ibu teh da mikir cucu ibu teh udah lewat neng. Ibu teriak “Halahhhh, Gusti Yesus, tulungan!” Ibu teh kira cucu ibu da lewat neng, tapi waktu diliat mah, ga kenapa-napa cucu ibu neng. Ih, benar2 ajaib da itu neng.”

“Neng saya teh pernah pendarahan, lama pisan. Ibu bingung gimana caranya ya biar sembuh. Ibu teh memang percaya ya neng, kalo Tuhan bisa menyembuhkan segala penyakit, tapi saya teh tidak tau gimana carana. Trus ada buku Langlang Mitra, Neng tau kan? Nah, eta buku teh ibu lihat ada cerita tentang wanita pendarahan 12 tahun yang memegang ujung jubah Yesus dan sembuh neng. Saya bilang ke Tuhan, “Tuhan, saya mah ga tau gimana caranya, tapi saya mau sembuh”. Trus ibu pegang aja, jubah Yesus yang digambar neng, ajaib neng, pendarahan ibu berhenti neng. Ah, itu mah ajaib pisan da neng.”

source:http://uniquecha.files.wordpress.com/2010/01/jesus_woman.jpg?w=498

Ah, iman yang sangat sederhana namun berdampak luar biasa. Tidak mempertimbangkan secara logika ‘bagaimana kalo tidak terjadi, bagaimana kalo tidak benar, apa yang orang katakan jika tidak terjadi, ah rasanya itu tidak mungkin terjadi, keadaannya saja begini itu mustahil”

Iman yang benar2 diperbuat. Pemikiran yang sederhana yang hanya mengerti bahwa :

Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat. (Ibrani 11:1)

Dasar –> SEGALA SESUATU yang kita HARAPKAN

Bukti –> SEGALA SESUATU yang TIDAK KITA LIHAT

Seandainya aku mengerti ini, seharusnya aku tidak perlu lagi mempertimbangkan apa yang terlihat oleh mataku dan apa yang ada di depan mataku. Segala sesuatu yang kita harapkan bukanlah sesuatu yang kita lihat, tapi sesuatu yang tidak kita lihat.

Sebenarnya apa dasar yang kita harapkan? Yaitu janji Allah, sehingga ketika kita beriman, maka kita beriman berdasarkan apa yang telah difirmankanNYA. So, ketika aku berkata, aku mau memiliki iman, maka milikilah janji Allah, miliki lah firmanNYA. Dengan demikian, mau tidak mau, kita harus tahu firmanNYA, tidak ada cara lain selain membaca, mendengarkan, merenungkan dan melakukan firmanNYA.

Dan apa bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat? Yaitu bahwa Allah berkuasa untuk melaksanakan apa yang telah Ia janjikan. Terlalu banyak bukti yang telah Tuhan tunjukkan dari segala sesuatu yang tidak Yusuf lihat ketika ia dibuang oleh saudara2nya, dari segala sesuatu yang tidak Abraham lihat ketika ia dipanggil untuk berangkat ke negeri yang akan diterimanya menjadi milik pusakanya, lalu ia berangkat dengan tidak mengetahui tempat yang ia tujui, dari segala sesuatu yang tidak Nuh lihat ketika ia mempersiapkan bahtera untuk menyelamatkan keluarganya, dari segala  sesuatu yang tidak Sara lihat ketika ia menanti-nantikan seorang anak dimasa usianya yang sudah lewat dan telah mati pucuk. (see Ibrani 11:4-40/Saksi-saksi iman). Sebab sekalipun tidak ada dasar untuk berharap, namun mereka berharap juga dan percaya menurut yang telah difirmankanNYA. Karena itu hal ini diperhitungkan kepada mereka sebagai kebenaran. (Roma 4:18, 22)

Sama seperti apa yang dialami oleh Bu Yayah, dia hanya berharap pada firmanNYA, bahwa ketika Yesus sanggup menyembuhkan perempuan yang sakit pendarahan 12 tahun dengan hanya menjamah jumbai jubahNYA, maka Yesus pun sanggup menyembuhkan pendarahannya dengan menjamah jumbai jubahNYA walo hanya dalam gambar. Saat ia ingin menjamah jumbai jubah Yesus dalam gambar, ia tidak melihat bahwa sakitnya disembuhkan. Tapi ketika ia menjamah jumbai jubahNYA, ia memiliki bukti bahwa sakitnya disembuhkan! Karena Bu Yayah berharap dan percaya juga sekalipun tidak ada dasar untuk berharap, hal ini diperhitungkan kepadanya sebagai kebenaran.

Maka kata-Nya kepada perempuan itu: “Hai anak-Ku, imanmu telah menyelamatkan engkau. Pergilah dengan selamat dan sembuhlah dari penyakitmu!” (Mark 5:34)

Dan yang paling nyata dari semuanya adalah bahwa:

Karena iman kita mengerti, bahwa alam semesta telah dijadikan oleh firman Allah, sehingga apa yang kita lihat telah terjadi dari apa yang tidak dapat kita lihat. (Ibrani 11:3)

Dan above all:

Tetapi tanpa iman tidak mungkin orang berkenan kepada Allah. Sebab barangsiapa berpaling kepada Allah, ia harus percaya bahwa Allah ada, dan bahwa Allah memberi upah kepada orang yang sungguh-sungguh mencari Dia. (Ibrani 11:6)

SELAMAT HARI ULANG TAHUN KEMERDEKAAN

REPUBLIK INDONESIA KE-65

À&Ω